Backpacker Singapura - Malaysia Bagian 5: Dari Terminal Bersepadu Selatan (TBS) ke KL Sentral : blogger viral : blogger viral

KL Sentral


Saya senang kalau harus berdiam diri di kendaraan, melakukan perjalanan-- sambil mendengarkan playlist favorit memakai earphone tanpa perlu di-judge, lalu berpikir, mengenang, berimajinasi. Dalam sepanjang perjalanan, saya meninggalkan semua realitas dan melakukan aktivitas yang disebut orang-orang 'Me time'.

Kemudian, suatu hari di Bulan Desember, saya melakukan 'Me time' di tempat yang jauh, di tempat yang tidak disangka, di tempat yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Saya melakukan 'Me Time' saat perjalanan naik bus di malam hari, mendengarkan playlist favorit, dari Singapura menuju Malaysia.....

Wow, akhirnya saya naik bus nggak cuma dari Jogja ke kampung halaman aja. Atau sepulang dari Bromo ke Jogja. Atau dari Jogja ke Bandung.

Urutannya dari Singapura ke Malaysia: naik bus dari stasiun MRT Woodland ke Woodland Checkpoint (Imigrasi Singapura) - Imigrasi Malaysia - Terminal Larkin - Terminal Bersepadu Selatan (TBS bukan BTS).

Malam itu dalam perjalanan lima jam dari Terminal Larkin menuju Terminal Bersepadu Selatan, saya berusaha tidak tertidur. Saya nggak seharusnya tidur lalu melewatkan pemandangan malam itu, kan? Saya harus tau bagaimana jalanan yang menghubungkan antara Singapura dan Malaysia. Untung, sempet bawa kopi dari minimarket MRT Woodland.

Baca dulu:

Di awal perjalanan, di luar sana masih tampak ramai: Lampu-lampu yang gemerlap, gedung-gedung tinggi, suasana yang hidup. Barulah setelah setengah jam, jalanan mulai gelap. Gales dan Sherly di sebelah kanan saya sudah tertidur. Saya mulai memejam untuk mengistirahatkan diri, toh jalanannya sudah gelap.

Dua jam berjalan, bus tiba-tiba berhenti. Ini kalau naik efisiensi ibaratnya berhenti di Kebumen. WKWKWKWKWK.

Satu per satu penumpang turun untuk ke kamar mandi atau jajan. Tadinya saya nggak mau turun, tapi Gales dan Sherly mau ke kamar mandi. Daripada kepisah lagi kaya di Woodland Checkpoint, akhirnya saya ikut turun dan tergoda melihat beberapa penjual makanan dan minuman hangat. Oh iya, mata uangnya udah ringgit di sini. Tadinya mau jajan makanan hangat, tapi abis. Akhirnya saya sama Sherly diem melihat sekitar sampai akhirnya.... Tiba-tiba saya sama Sherly tatap-tatapan, gara-gara abis disenyumin penjual jus di seberang.

"Gul, Gul," Sherly kedip-kedip kode.

Saya yang cepat menangkap kode langsung ngajak Sherly beli jus. Kami beli satu jus buah naga, harganya sekitar 5 ringgit. Gales yang baru aja dari kamar mandi langsung kami panggil sambil kode-kode.

"TEET!"

Saya, Gales, sama Sherly kaget bukan main denger suara klakson. Nggak ada firasat sama sekali, kami lanjut ribut-ribut soal mas penjual jus, sampai akhirnya jus buah naga Sherly siap. Barulah saat itu, kami melihat lampu bus yang udah nyala. ASTAGA!! DARI TADI ITU BUS UDAH MAU JALAN DAN KLAKSON KAMI!

Kami bertiga auto lari kenceng banget dan merasa bersalah karena sama sekali nggak tau busnya udah mau jalan. Malunya itu lho, huuuft.

Tapi ternyata cobaan belum sampai di situ. Tiba-tiba driver bus mendekat ke arah kami dan agak marah atau emang pembawaannya nggak tau deh. Pokoknya kami dikasih tau kalau nggak boleh bawa makanan masuk :(

Nggak tau kenapa kami bertiga malah diem aja dan nggak menjawab sama sekali. Soalnya speechles. Mana pernah kami tau aturan itu kan ya. Mau jawab juga nggak bisa Bahasa Melayu. Driver-nya kayanya frustasi nggak dijawab sama kami, malah cuma diliatin aja. Akhirnya driver-nya kembali ke tempat dan melajukan lagi busnya.

Oh iya, di sini yang bawa busnya cuma satu orang. Kalau di Indonesia kan biasanya ada dua orang ya. Ini mulai dari cek tiket, urusan bagasi, nyetir, di-handle sama satu orang aja.

Setelah tragedi itu untung perjalanan lancar. Meskipun rasanya pengen nyemil tapi jadinya ditahan. Mendekat pukul 23.00, bus akhirnya sampai di TBS.

Yak, udah resmi pindah negara lagi.

Backpacker Malaysia


Saya, Gales, dan Sherly langsung mulai bingung. Masih pukul 23.00, sementara perkiraan kami tuh sebenernya di itinerary sampai di TBS jelang subuh. Cuma karena kami terlalu takut nggak tau rutenya, jadi berangkat lebih cepet yang malah kecepeten sampainya.

Mana lagi paket data di Malaysia belum aktif.

"Kalau kita naik taksi langsung ke hotel gimana? Nambah satu malam mau nggak?," tanya Gales.

Saya sama Sherly langsung kompak jawab, "MAU!!"

Ya kalau hotel yang udah kami booking besoknya penuh, kami bakalan cari hotel sekitar situ aja.

Kami capek.

C a p e k.

Capek perjalanan, capek bingung, capek nanya, capek dimarahin.

Nggak sanggup deh kalau tidur di TBS.

Tapi wait.. Urusan paket data gimana neeeeh???

Semua penumpang turun di parkiran bus, saya auto nyari-nyari sinyal wifi. Ada sih.. Tapi susah banget nyambungnya. Sementara orang-orang udah pada naik ke lobi TBS, kami bertiga malah sibuk packing, berusaha aktifin paket data yang udah dibeli, dan cari wifi. Nggak sadar gitu kalau tiba-tiba tinggal bertiga. Terus ada bapak-bapak seperti pakai seragam petugas naik motor, deketin kami. Dia nanya kami dari mana mau ke mana, nginep di hotel mana. Awalnya saya masih jawab, tapi lama kelamaan kok agak maksa ya. Akhirnya saya mulai nggak jawab-jawab lagi dan meski bilang mau ke toilet dulu, masih tetep ditanyain.

Muka kami udah bingung, Gales sama Sherly udah panik dan saya cuma bisa bilang, "Tenang, tenang, ayo kita ke toilet dulu."

"Mbak, orang Indonesia ya?"

Kami auto nengok. Itu bukan suara bapaknya.. Itu suara... Siapa?!?!?

Ternyata kami nggak bener-bener bertiga! ALHAMDULILLAH.

Ada satu orang mas-mas yang ternyata daritadi berdiri di belakang kami.

"Iya mas!! Masnya orang Indonesia??"

"Iya, ini mau ke mana?"

"Gini mas kami tuh sampai sini kecepeten, nah sekarang kami mau ke KL Sentral ke hotel kami. Masalahnya, paket data kami nggak aktif."

Namanya lagi waspada, masnya yang baik hati nawarin tethering, saya cuma jawab, "Lho tapi masnya udah pesen taksi online? Nanti malah ngerepotin lho."

"Nggak apa-apa mbak, santai aja."

Saya mau nyela lagi, tapi bapak-bapak tadi tiba-tiba nanyain lagi jadinya kami mau ke mana. Akhirnya mas-masnya maju yang ngomong sama Bapaknya dalam Bahasa Melayu.

"Oh ini temen saya dari Indonesia, nanti mereka naik taksi aja bareng sama saya."

"Lho? Masnya mau ke mana?"

"Saya mau ke bandara, tapi nggak apa-apa nanti mereka ke bandara dulu abis itu naik taksi saya ke hotel tujuan mereka."

YA ALLAH MAU NANGIS.

Bapaknya kaya ngotot bilang nggak bisa naik taksi dari sini. Kalau udah mau tengah malem bayarnya harus pakai kartu.

"Kartu apa Pak?"

Bapaknya pun mengeluarkan kartu dan Bingo! Masnya juga punya.

"Oh sama Pak ini saya juga punya. Bisa pakai ini berarti ya."

YA ALLAH MAU NANGIS LAGI.

Bapaknya masih jawab lagi katanya kalau nunggu taksi tuh di lobi. Akhirnya masnya sama bapaknya ngobrol. Saya nggak tau niat awal bapaknya sih. Cuma... Kalau tadi nggak ada masnya, kami bakalan gimana ya??

Yang saya inget cuma bapaknya di akhir bilang, "Saya nggak ada niat apa-apa, cuma tadi saya liat mbak-mbak ini bingung."

"Oh iya Pak, terima kasih banyak Pak. Ini udah sama saya aja mereka Pak."

YA ALLAH MAU NANGIS LAGI DAN LAGI.

Akhirnya kami berempat naik ke lobi TBS dan masnya nawarin tethering biar kami bisa pesen taksi online. Muka kami yang tadinya udah panik akhirnya agak lega.

"Yang kaya gitu biasa ya mas di sini?"

"Wah nggak tau mbak, ini juga saya pertama kali ke TBS."

Percakapan kami selanjutnya adalah perkenalan. Yang saya tau, masnya orang Lombok, mau ke Batam karena istrinya mau melahirkan. Dan masnya di Malaysia baru 3 bulan karena S2.

Baru ngobrol-ngobrol sebentar, taksi online kami pun akhirnya dateng. Kami mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa, bener-bener berterima kasih karena kebaikan hati masnya.

Yang pastinya, saya nggak akan lupa kata-kata masnya malam itu yang menceritakan culture di Malaysia, supaya kami nggak kaget-kaget amat.

"Kalau ada kesempatan, cobain deh merantau ke negeri orang. Kita jadi tau budaya negara lain..."

YA ALLAH NANGIS LAGI BOLEH? MAU BANGET JADI PINTER TERUS LANJUT S2 DI LUAR NEGERI.

Diakhiri dadah-dadah dan mendokan semoga persalinan istri masnya lancar, kami naik taksi online menuju KL Sentral. Beruntung malam itu driver-nya ramah. Jadi kami bisa nanya-nanya tempat yang harus didatengin. Tapi... Entah kenapa driver-nya kaya saya yang justru bingung kalau ditanyain, "Di tempat kamu ada apa aja yang menarik, atau kuliner yang wajib dicoba?".

HAHAHAHAHAHAHA.

KL Sentral


Setelah sekitar 20 menit perjalanan dari TBS ke KL Sentral dengan biaya kira-kira Rp60.000, taksi berhenti persis di depan hotel.

Ah, saya suka sekali area KL Sentral! Sebelah hotel kami, ada rumah makan 24 jam yang ramai banget. Kami langsung nggak sabar mau sarapan di situ!

Lewat tengah malam itu, kami pun menuju meja resepsionis. Cuma, Gales ini kayanya masih kebawa di Singapura. Dia yang udah ngantuk malah ngomong pakai Bahasa Inggris dan emang bikin gagal paham. Resepsionisnya pun bingung, Gales nyaris menyerah.

Melihat pemandangan itu, nggak tau kenapa dari awal saya liat kok belum pengen ikutan buka suara. Begitu resepsionis dan Gales sama-sama mencoba mengerti, saya jadi inget Gales disemprot di Woodland Checkpoint karena pakai bahasa Inggris, suruh cakap pakai Bahasa Melayu ja.

Yah.. Saya emang nggak bisa Bahasa Melayu, tapi Malaysia kan tetangga kami, setidaknya kalau ngomong pakai Bahasa Indonesia lebih mudah dipahami kan? Akhirnya saya mendekat dan mengambil alih percakapan. Saya ngomongnya bener-bener dengan lantang A I U E O.

"Sori.. Jadi kami sudah booking kamar untuk besok hari, tapi kami sampainya kecepetan. Ada kamar kosong nggak ya? Atau kamar yang kami booking kosong? Kami mau nambah satu hari."

Resepsionisnya langsung nyengir.

"NAAAH... INI, SAYA PAHAM. JADI MAU TAMBAH SATU HARI? BOOKING ATAS NAMA SIAPA? BOLEH LIAT EMAILNYA?"

Lega banget deh saya, akhirnya bisa saling memahami gitu. WKWKWKWKWKKW..

"Makanya pakai Bahasa Indonesia aja, nggak usah Bahasa Inggris. Mereka ngerti kok," Bisik saya ke Gales.

Alhamdulillah kamar kami kosong dan bisa tambah satu hari.

Kami nginep di Metro Hotel KL Sentral. Pesen di Traveloka dapet diskon, jadinya per malam nggak sampai RP600.000. Waktu kami tambah satu hari langsung di situ, nggak ada diskon. Jadinya sekitar Rp600.000.

Begitu dapat kunci kamar, kami bertiga langsung naik lift menuju kamar.

AKHIRNYA KASUR!!!

Ternyata, rasa excited nggak berhenti sampai di situ. Dasarnya dikit-dikit teriak, begitu kami masuk kamar langsung jerit karena kamarnya luas dan kasurnya nyaman banget. Kamar mandinya luas dan bersih, sangat lebih dari cukup. FYI, kayanya ini hotel bintang 3.

Buat kami yang abis dari penginapan di Singapura yang alakadarnya sesuai budget, dengan harga yang sama di Malaysia bisa dapet semewah ini, ya mohon dimaklumi jadi alay berlebihan huhu.

Kami langsung mandi dan merebahkan diri di kasur yang empuk. Menuju tidur yang nyenyak dan bahagia.

YA ALLAH AKHIRNYA NGGAK TIDUR DI LUAR. AKHIRNYA TIDUR DI KASUR EMPUK. DI KAMAR LUAS. SETELAH PERJALANAN YANG PANJAAANG BANGET!

"Halo, Kuala Lumpur! See you tomorrow! Sekarang mau bobok dulu!"

- BERSAMBUNG -

Komentar