Backpacker ke Singapura - Malaysia Bagian 1: Menunggu Pagi di Bandara Changi : blogger viral : blogger viral
"Perjalanan ke suatu tempat selalu personal meski sudah dilalui ribuan orang lainnya."
[ Lupa pernah baca di mana tapi suka banget quote ini ]
Waktu bakal berangkat backpaker ke Singapura dan Malaysia, saya berniat nggak terlalu update. Soalnya kalau ke Singapura dan Malaysia tuh teman-teman banyak yang udah duluan ke sana bahkan bertahun-tahun sebelum saya. Kecil banget lah buat mereka kalau ke dua negara itu. Sementara saya harus nabung dulu, dan yang paling penting cari temen trip dulu sampai baru bisa terlaksana tahun 2019.
Tapi, begitu selesai backpaker lima hari empat malam, saya sadar kalau pengalaman ini banyak banget ceritanya.
Ternyata perjalanan memang selalu personal meski sudah dilalui ribuan orang. Cerita saya sama teman-teman berbeda. Pengalamannya juga berbeda. Kesannya berbeda.
Perjalanan ke luar negeri saya, Gales, dan Sherly pertama kali dimulai dari candaan petugas, "Paspornya baru ya, masih lengket." Antara mau ketawa sama malu. Tapi siapa sangka, momen itu jadi awal mula trip yang NGGAK NGERTI GIMANA CARA LUPAINNYA.
Udah virgo pada dasarnya susah move on, pakai ada memori yang sulit dilupakan. Udahlah nggak kelar-kelar ini gagal move on-nya bakalan.
Teman Perjalanan. |
Sekitar pukul 14.00 saya sama temen-temen sudah sampai bandara padahal flight-nya masih empat jam lagi. Pengalaman pertama ke luar negeri membuat kami agak khawatir banyak hal jadi emang sengaja datang sangat awal. Alhamdulillah lancar-lancar aja dan kami bisa mengenyangkan perut dulu sebelum sampai Singapura malam hari dan berencana melewatkan makan malam di sana. He-mat.
Penerbangan malam hari bersama AirAsia itu diiringi hujan hingga tiba di Bandara Changi. Sesampainya di Terminal Empat kami fokus melihat sekeliling.
Oke ini toiletnya. Oke ini air minum isi ulangnya. Oke.... Di mana tempat buat istirahat seperti yang ada di blog dan ditonton di Youtube berbulan-bulan terakhir?
Jadi, karena kami sampai di Singapura malam hari dan nggak memungkinkan untuk naik MRT atau taksi malam-malam terlebih kami cewek semua yang baru pertama kali ke Singapura, kami memutuskan menunggu pagi di bandara sekalian paginya ambil paket data dan ke Jewel.
"Guys, menurut blog yang aku baca, kita harus naik. Itu bukan ya? Tunggu. Mending kita isi form kedatangan dulu."
SOK TAU.
Ternyata keputusan itu salah. Kami didatangi petugas dan disuruh cepat-cepat keluar imigrasi karena udah hampir tutup. Mau nggak mau kami buru-buru isi form kedatangan dan keluar imigrasi.
"Tenang, tenang dulu..."
Gales wajahnya udah bingung, saya masih optimis pasti ada jalan. Sementara Sherly..... merekam.
Ngerti kan dalam setiap perjalanan tuh ada yang tugasnya mikir, ada juga yang tugasnya dokumentasi. Tapi sebenarnya saya sama Gales juga ngakak sih di saat lagi bingung dan keadaan apa pun Sherly tetep bisa video sana video sini. Sebuah pencapaian luar biasa yang kami puji nggak kelar-kelar.
Sementara Sherly merekam, saya sama Gales duduk dulu sambil mengganti rencana. Soalnya kami bener-bener blank.
"Kayanya kita harus keluar deh, ini nih buat ambil bagasi, Gals."
"Tapi kalau kita keluar itu tuh udah di luar bandara bukan?"
"Nggak tau."
Setelah kebingungan cukup panjang, pilihan akhirnya jatuh untuk melewati pintu exit. Syukurlah ternyata bukan definisi exit yang sesungguhnya. Ternyata di luar itu adalah public area arrival hall. Dan ketika keluar itulah, kami menemukan Changi Recommends. Langsung aja nggak pikir panjang kami ambil pesanan paket data di Singapura dan diberi arahan untuk ambil paket data buat di Malaysia di lantai atas. Sebenernya kami bingung juga sih karena di informasi pengambilan paket data, jam tutupnya pukul 22.00, sedangkan saat itu udah lebih dari pukul 22.00.
But it's okey jadi urusan ambil paket data kelar malam itu juga.
Setelah ambil paket data Malaysia di lantai atas, kami memutuskan berkeliling terminal empat dulu dan foto-foto. Begitu selesai keliling-keliling, jadi bingung lagi WOY ISTIRAHAT DI MANA INI. Kebetulan ada kursi memanjang yang tersedia colokan, kami pun memutuskan untuk duduk dulu.
Pokoknya kalau bingung tuh duduk aja dulu lah.
Suasana yang tenang di lantai dua membuat kami akhirnya memutuskan merem-merem ayam satu per satu. Satu merem dua jaga, begitu strateginya sejak awal. Tapi ya tentu saja tidak terlaksana karena susah tidur dalam kondisi itu. Akhirnya kami main hape sambil sesekali ngobrol pakai Bahasa Jawa yang kemudian membawa berkah. Sebelah kami ternyata seorang bapak dari Indonesia yang lagi perjalanan pulang ke Jawa Timur.
Malam di bandara akhirnya dimulai dengan percakapan kami dengan bapaknya yang excited menceritakan kehidupannya dan keluarganya di rumah. Seneng banget karena jadi tahu banyak hal baru.
Saat itulah saya pikir sih udah asyik cerita harusnya bisa bikin mata on sampai pagi. Tapi lewat tengah malam akhirnya kantuk udah nggak bisa dilawan. Kami semua pun atur posisi sambil merem melek. Lima menit merem dua detik melek, begitu seterusnya. Nah pas kebetulan melek, saya langsung nyolek sebelah.
"Gals, Gals, itu petugas yang kita baca di blog-blog. Beneran bawa senjata laras panjang!," kata saya langsung duduk tegap.
Kami antara deg-degan sama melongo. Emang ya kalau pertama ke luar negeri apa-apa tuh heran. Heran deh!!!!
Setelah momen merem-melek ayam teralihkan, kami berusaha merem lagi. Tapi tetep aja gagal. Posisi tidurnya kurang pas. Gales yang emang nggak biasa begadang dan udah pengen tidur akhirnya ngajak liat lantai satu untuk menemukan tempat nyaman. Tapi saya nolak dengan alasan capek, dan akhirnya menyetujui ide dia yang mau survey dulu. Dua teman saya langsung jalan mencari tempat buat istirahat di lantai satu sementara saya menunggu dulu di lantai dua. Ketemu!
"Eh di lantai 1 ternyata bisa buat tidur di sofa. Banyak yang tidur di sana."
"Oh yaaa?!?!?!?!?!"
Harapan muncul, kami pun tak lupa mengajak bapaknya untuk turun.
Ternyata memang di bawah banyak yang tidur di kursi-kursi. Akhirnya kami pun memilih tempat yang cocok dan tak berlama-lama Gales sudah merem. Sementara saya sama Sherly yang emang kerjanya biasa shift malem ini susah tidur. Tapi kami harus maksain diri merem, karena perjalanan hari pertama bakalan panjang.
Sebenernya kami deg-degan apakah akan ditanya-tanya petugas atau nggak, makanya setiap petugasnya lewat Sherly bangunin saya. Tapi ternyata nggak, karena setahu saya lokasi yang kami tempatin adalah public area dan banyak banget yang tidur di sofa. Yang penting tetap tidur elegan, kaki kagak ke mana-mana aja.
Dini hari itu tidur saya nggak nyenyak. Sebentar-sebentar melek buat pindah posisi. Miring ke kiri, miring ke kanan, lurusin badan memandang atap. Badan sakit semua rasanya. Begitu liat jam saya kaget karena udah jam lima pagi! Kayanya saya baru merem sebentar, ternyata waktu jalannya cepet banget. Ya gimana, saya banyakan pindah posisi daripada meremnya.
Kemudian saya sedih membayangkan dalam enam hari bakalan cuma ketemu kasur pas malam tuh dua hari aja. Karena Senin kami tidur di kereta menuju Jakarta, selasa di bandara, Kamis di bus menuju Malaysia, Sabtu di kereta balik Jogja. Beberapa dilakukan biar lebih hemat budget.
Mau ngeluh tapi inget lagi kalau saya bukan kakak angkatnya Rafathar.
Di malam hari menuju pagi. |
Mengingat kami udah punya rundown yang harus ditepati, akhirnya bertiga buru-buru ke kamar mandi buat bersih-bersih badan dan ganti baju serta tak lupa dandan.
Mantap! Udah cakep lagi nih ketimbang semalem kaya keset kosan basah kalau atap habis bocor.
Setelah beres, kami langsung mendatangi air panas gratis yang tersedia di setiap sudut di Changi buat menyeduh popmie.
YAK.KAPAN LAGI MAKAN POPMIE DI BANDARA.
Notes:
1. Di Changi, tersedia air minum gratis dan biasanya ada di dekat kamar mandi. Ada air panas juga. Jadi bawa botol minum aja biar bisa isi ulang.
2. Di Terminal Empat banyak yang istirahat di public area lantai satu, tapi tetap jaga ketertiban ya dan jangan buat keributan seperti bergosip misalnya.
3. Jangan khawatir mati gaya karena wifi bandara Changi kenceng banget meski harus dikonekin ulang tiap setengah jam sekali.
4. Jaga kebersihan so pasti ya.
5. Jangan pernah takut tersesat. Petunjuk di bandara jelas banget bahkan tanpa perlu bertanya.
Pukul 06.00 langit Singapura masih gelap, tapi kami memutuskan untuk bergegas ke Terminal Dua buat ke Jewel. Setelah berpamitan sama bapaknya, kami pun mengikuti petunjuk untuk naik bus ke Terminal Dua. Kami duduk di tempat menunggu yang sangat nyaman dan bus benar-benar datang sesuai jadwal yang tertera.
Perjalanan ke Terminal Dua memakan waktu sekitar sepuluh menit. Begitu sampai kami tinggal mengikuti petunjuk buat ke Jewel, yaitu naik ke lantai dua dan tinggal ikuti lorong. Jalannya agak jauh tapi begitu masuk terowongan yang menyajikan pemandangan luar bandara, Gales langsung teriak.
"YA ALLAH ELGAAAAA....."
Baru di situ aja udah kagum sama Singapura. Jalan kaki itu pun jadi menyenangkan sambil melihat jalanan di luar sana yang basah karena hujan.
Berkah banget nggak sih merasakan hujan di Singapura.
Di Jewel, udah banyak yang duduk dan menunggu air terjun indoor nyala tepat pukul 09.00. Pas lagi liat-liat sekeliling ternyata skytrain tuh lewat sisi air terjunnya. Sherly langsung ngide buat naik skytrain. Saya nolak dan menyuruh dia sama Gales aja yang naik. Soalnya saya cape banget dan udah posisi enak banget duduknya, mau nyender aja. Tapi atas nama pertemanan mereka nggak mau kalau cuma berdua WKWKWKWK. Dengan berat langkah akhirnya saya mengiyakan, kan nggak enak kalau menghancurkan mimpi mereka naik skytrain.
Apasih.
Yaudah saya menyetujui dan cuma bisa diem sepanjang jalan. Bukan apa-apa nih, cuma kan perjalanan terowongan itu panjang banget karena kalau mau naik skytrain harus balik lagi ke lantai satu Terminal Dua. Tapi ternyata mencoba naik skytrain itu menyenangkan, jadi menyesal sempat menolak.
Hehehe, mianhae chingu-yaaa!
Memang capek sih bawa ransel jalan ke Jewel, balik lagi buat naik skytrain, jalan lagi ke Jewel. Tapi tapi tapi begitu air terjunnya nyala capeknya hilang, lagi-lagi biarkan saya terpukau.
"WOOOOAAAAAAAAAAAH!!"
Dasar kagetan.
Langsung aja kami foto-foto, duduk, foto-foto lagi buat menikmati keindahan air terjun indoor ini. Untungnya kami ingat kalau rundown waktu di Jewel cuma satu jam. Pukul 10.00 kami harus segera ke penginapan yang ada di Kampong Glam.
"Udah? Udah? Seneng?"
"Mantap Slur!!!"
Serius, sekarang saya paham kenapa Bandara Changi jadi yang terbaik dan menyenangkan versi Travelers! Bandara Changi memang sekeren, senyaman, dan semenyenangkan itu!
Serius, sekarang saya paham kenapa Bandara Changi jadi yang terbaik dan menyenangkan versi Travelers! Bandara Changi memang sekeren, senyaman, dan semenyenangkan itu!
Kami langsung balik lagi ke Terminal Dua buat ke stasiun MRT. Deg-degan karena takut bingung dan segala macam akhirnya terjadi. Tapi seperti yang saya bilang, petunjuk di Singapura itu sebenarnya jelas banget. Kami aja yang panikan.
Untuk menuju stasiun MRT, kami turun pakai lift dari Terminal Dua dan isi saldo EZ Link Card di loket dengan minimal pengisian 10 SGD. Sedangkan kalau mau isi di mesin harus pakai uang pas. Untung kami udah bikin itinerary lengkap dengan stasiun-stasiunnya, jadi nggak bingung banget.
Penting! Selalu sedia peta MRT Singapura ya di ponsel supaya lebih mudah walau sebenarnya di setiap stasiun ada.
Dari Stasiun MRT Changi kami menuju Stasiun MRT Nicoll Highway yang terdekat dari penginapan.
Nah siapa tau ada pembaca nyasar yang sama dengan saya nih rutenya, saya sekalian tulis di sini. Nanti dicocokkan dengan petanya ya!
1. Dari Changi memakai jalur kereta warna hijau, turun di Tanah Merah untuk transit.
2. Dari Tanah Merah masih pakai jalur kereta warna hijau tapi ke arah Paya Lebar.
3. Sampai di Paya Lebar, transit naik jalur kereta warna kuning yang stasiun transit selanjutnya Promenade. Sebelum Promenade itu adalah Nicoll Highway.
Hujan deras langsung menyambut begitu kami keluar dari stasiun MRT Nicoll Highway. Kami pun langsung ganti sandal dan menutupi tas serta koper dengan cover-nya. Perjalanan dari stasiun ke penginapan sekitar 10 menit berjalan kaki dengan petunjuk dari Google Maps.
Jalan yang dilalui dari Stasiun Nicholl Highway ke penginapan. |
Kami menginap di Jamila Boutique Inn dengan harga kurang lebih Rp600.000 sudah termasuk wifi, laundry gratis, dan sarapan. Tapi untuk kamar mandinya konsepnya sharing. Oh iya ada deposit sebesar Rp100.000 yang akan dikembalikan pas check out.
Jamilla Boutique Inn |
Bagian dalam Jamilla Boutique Inn |
Sesampainya di sana kami titip barang dulu dan memutuskan jalan-jalan sekitar penginapan. Kebetulan di sekitar penginapan adalah Haji Lane. Tapi sebelum memutuskan untuk explore tentunya kami fokus mencari makan dulu. Banyak restoran instagramable di sepanjang jalan, tapi kami lewat sambil intip-intip menu dan harga.
KAGET.
Karena baru hari pertama, kami belum berani makan yang aneh-aneh dan mahal-mahal.
Alhamdulillah di tengah perut yang mulai berbunyi sejak terakhir diisi popmie, biskuit Selamat, dan Q-tela, kami menemukan Sevel Eleven. Nggak pikir panjang kami langsung membeli makanan cepat saji, air mineral, dan kopi. Waktu itu kami beli nasi briyani dan kare, dua onigiri, satu air mineral, dan kopi kaleng. Makanannya bisa dipanaskan dulu dan boleh makan di tempat saat itu juga. Total harga pembelian sekitar 12 SGD. Mantul!
Yang lebih mantul nih, makananannya enak! Kami tuh sampai mikir apa karena laper ya jadi rasanya enak banget, tapi di sisi lain kami menyangkal karena emang beneran enak banget!
"Udah ini onigirinya campur aja ya?," Kata Gales waktu nasi briyaninya udah abis tapi karenya masih.
"CAMPUR!!! CAMPUR!!!," Kata saya sama Sherly semangat.
Dan pemirsa....... ASTAGA ENAK BANGET ONIGIRINYA DICAMPUR KARE.
Sampai saya nulis ini pun belum lupa rasanya, Sumpah seenak itu nggak paham lagi.
Kenyang dan bahagia, kami langsung menuju masjid untuk Salat Dzuhur. Barulah sekitar pukul 13.00 kami muter-muter, foto-foto, muter-muter, foto.
"SHER CEPET FOTOIN AKU!!," teriak saya begitu menemukan spot foto lucu.
Baru senyum, saya kaget banget karena tiba-tiba ada yang ngerangkul. Jadi ada turis pria yang ramah banget ikutan foto. Sherly auto teriak pengen ikut satu frame WKWKWKWKWKW.
Pas lagi heboh-hebohnya, seorang turis wanita mendekat dan bilang kalau yang lagi foto sama kami tuh suaminya.
ASTAGA APAKAH SAYA AKAN DITUDING PELAKOR..................
"That's my husband. Bad boy," Katanya sambil tertawa ramah banget.
ALHAMDULILLAH KIRAIN BAKALAN DILABRAK KAYA DI SINETRON-SINETRON.
Akhirnya kami malah foto-foto berlima dan udah sok asik panggil "Daddy mommy" aja WKAKAKAKAKAKA. Setelah ngobrol bentar akhirnya mereka pamit mau jalan-jalan lagi dan bilang, "Happy holiday!"
Lah, belum lama dadah-dadah eeeh ketemu lagi. Malah daddy dan mommy minta foto lagi pakai hape mereka.
WKWKWKWKWWK.
Setelah foto lagi dan mengucap "Happy holiday" untuk kedua kali, saya langsung nahan Sherly untuk nggak jalan dulu meskipun sebenernya kami mau ke arah yang sama.
"NTAR DULU, NTAR KETEMU LAGI FOTO LAGI KITA."
Ya kan saya khawatir kalau nyaman. WKWKWKWKWKWKWK.
Mengelilingi Haji Lane ditemani rintik hujan tuh syahdu banget. Kami bener-bener muter dan mulai memilih tempat makan yang akan kami datangi selanjutnya. Emang sih onigiri campur kare Sevel Eleven enak, tapi nggak gitu juga Malih.
Setelah pegal muterin Haji Lane dan senyum sudah mulai kering, kami menuju penginapan lagi buat check in.
YA ALLAH AKHIRNYA, KASUR!
Saat itu baru pukul 14.30, tanpa basa-basi kami langsung atur posisi buat tidur dulu sebelum akhirnya jalan lagi nanti sorean ke Garden by the Bay dan Marina Bay.
"Ga iki AC-ne nyentor rai. Mbok kecilin! (Ga, AC-nya ke mukaku nih. Kecilin dong)," jerit Sherly sejak kami berdua naik ke kasur atas.
Jadi di kamarnya ada kasur tingkat dengan formasi buat satu orang di bawah dan dua orang di atas. Ada laci di bawah kasur yang bisa buat menyimpan barang-barang.
Sementara Sherly masih ribut AC, Gales udah mimpi sampai Korea kayanya. Keinget belum jalan ke Singapura dan Malaysia, dia udah mikirin beberapa negara aja.
"Ga, Ga, ini remote AC nggak jalan ternyata."
"Lah itu angkanya berubah kok."
"Tapi nggak ngaruh."
"Mbuh Sher. Mbuuuh"
Saya langsung tarik selimut, nggak mau bahas AC dulu. Saya cuma mau tidur.
- BERSAMBUNG -
Backpacker Singapura Malaysia Bagian 2: Marina Bay Sands, Aku Jatuh Cinta....
Backpacker Singapura Malaysia Bagian 3: Menyusuri Orchard Road dan Little India
Backpacker Singapura Malaysia Bagian 2: Marina Bay Sands, Aku Jatuh Cinta....
Backpacker Singapura Malaysia Bagian 3: Menyusuri Orchard Road dan Little India
Komentar
Posting Komentar