"Wah nggak bisa nih mantengin Ayu Ting Ting mulu, nggak sehat!"
Saya menggerutu di depan komputer selama beberapa hari. Pokoknya saya uring-uringan banget. Kurang piknik! Pantes wajah pucat serta tangan gemetaran.
Hmmm.. Ya itu laper sih Elg.
Akhirnya, saya merencanakan kabur ke pantai sama temen-temen kelas waktu kuliah dulu. Sayangnya kali ini saya nggak sempat alay kaya liburan terakhir ke Pantai Drini pakai tagar #LiburanBarengElga. Boro-boro, pantai yang akan dikunjungi aja baru diputuskan menjelang hari H. Pantai apa aja deh, saya cuma butuh ke pantai.
#ElgaKurangPiknik
#UjungUjungnyaAlayPakaiHashtag
Kabur kali ini emang terbilang nekat dan nggak ada persiapan, kaya yang bener-bener dipaksain. Soalnya jatah libur saya waktu itu hari Sabtu, sedangkan hari Jumat saya masuk siang dan hari Minggu udah harus masuk lagi, pagi jam tujuh.
#ElgaKurangPiknik
#TerusinAjaPakaiHashtag
Berhubung Jumat masuk siang pulang malam, saya memutuskan nginep di kosan Maya yang adalah temen kantor, temen makan, temen ngecengin cowo (Astaghfirullah) karena saya harus mengejar kereta prameks pertama esok harinya. Kalau tidur di kos sendirian bahaya banget, bisa ketiduran sampai minggu pagi lagi kali. Emang nih, saya udah butuh suami untuk nemenin tidur.
#EEEEAAAAAA
Emaap. Kelepasan curhat.
Akhirnya balik kantor Jumat malam waktu itu, saya langsung mampir kosan dulu untuk packing terburu-buru soalnya posisi udah laper banget. Sialnya, dalam perjalanan menuju kos Maya saya baru inget lupa bawa kamera sama tripod.
Kesel banget.
Pengen balik tapi udah laper. Nggak balik kok ya kayanya besok repot banget pakai balik ke kos lagi.
Tapi ini masalah perut! Daripada saya, Maya, dan Mba Rista berujung saling memakan, akhirnya saya memutuskan ambil dua benda itu besok subuh aja. PR banget kan pagi-pagi sebelum ke stasiun balik lagi ke kos.
#NggakApaApa
#DemiPiknik
#DemiLiburan
#ElgaKurangPiknik
Thanks to temen-temen yang sudah saya repotkan dari Jumat malam hingga Sabtu subuh waktu itu. Masih inget banget muka Mba Rista yang subuh-subuh bangun sambil bilang, "Ayo aku anter" setelah semalem saya omelin karena dia nggak mau ikut nganter WKWKWKWKWK. Masih inget juga pas dadah-dadah ke Maya di Stasiun Purwosari setelah kerusuhan sejak malam hingga pagi-pagi buta, kita saling berkata, "Besok udah ketemu lagi ya?"
WKAKAKAKAKAK. Rusuhnya udah kaya mau pergi ke Singapore seminggu, padahal besok subuh juga udah balik lagi ke Solo.
Maafkan.
Langit menuju Jogjakarta pagi itu indah banget. Setelah dikasih selembar koran sama seorang bapak baik hati, saya pasang earphone di telinga dan duduk tenang menatap langit kelam yang mulai tersibak warna langit pagi.
Ehem.
Dan sejak di kereta prameks pagi itu, saya tersenyum. Sebuah senyum lega karena akhirnya kembali ke rumah.
Rumah nggak cuma bangunan yang ada di Purwokerto Barat. Rumah buat saya juga adalah sebuah kota bernama Jogjakarta. Rumah buat saya adalah perasaan bahagia bisa melihat semesta Jogjakarta. Rumah itu tempat di mana saya bisa menemukan kebahagiaan dan melakukan hal-hal yang saya suka, di Jogjakarta.
Ehem lagi.
Setibanya di Stasiun Maguwo, langit udah biru banget. Nggak tahu ya, langit Solo juga terlihat sama birunya tapi feel-nya tetep beda.
Yes, finally. I'm home.
Awal janjian ke pantai sih jam sembilan. Tapi namanya orang Indonesia ya kan, kayanya kita baru berangkat sekitar hampir jam sebelas. Kita di sini adalah Saya, Memey, Dira, Galuh, Keclek (nama samaran), Nunu, dan Laksono (nama samaran).
Kita ke Pantai Sepanjang!!!!!
Selama lima tahun, saya nggak pernah nyentuh pasir Pantai Sepanjang. Saya cuma pernah melihat Pantai Sepanjang dari tebing Pantai Drini. Trip kita kali ini memang santai, cari pantai yang deket-deket aja.
Yang penting asik, yang penting piknik.
Yang penting asik, yang penting piknik.
Pantai Sepanjang letaknya setelah Pantai Kukup dan sebelum Pantai Drini, nggak begitu jauh pokoknya karena ada di barisan pantai depan. Dan pantainya beneran panjang kaya cinta padanya.
Kita langsung gelar matras di bawah terik matahari. Berhubung masih panas banget, kita memutuskan tidur-tiduran dulu aja dan minum es kelapa muda.
Satu yang saya suka dari trip kali ini, kita bareng-bareng, tapi tetap bisa 'me time'. Saya bisa ngehabisin playlist di handpone sambil melihat warna biru dan ombak yang menari-nari. Begitupun temen-temen saya. Mereka bisa sibuk selfie, tidur siang, bahkan melanjutkan pekerjaan (ya ini nggak wajar sih HAHAHAHAHAH). Pokoknya, kita bebas keluyuran sendiri di Pantai Sepanjang tapi tetap terasa kebersamaannya.
Halah gimana jadinya.
Halah gimana jadinya.
Saking menikmati refreshing kali ini, saya sampai nggak banyak mengambil foto. Kamera yang saya bela-belain ambil subuh itu bukan barang yang penting-penting banget dalam piknik kali ini. Ya yang penting akhirnya kamera itu bermanfaat juga seperti tujuan awal dimiliki. Karena kamera itu terakhir kali dipakai saat #LiburanBarengElga ke Pantai Drini bulan Desember 2016. Dan kemarin pas dibuka lagi, Keny (nama kameranya heheh) sudah berdebu. Literally berdebu dan lensanya kotor banget. Kelihatan kan tanda kurang piknik. Kelihatan kan kalau hidup saya amat membosankan sampai-sampai nggak ke mana-mana. Pft.
Setelah puas bermain air kita akhirnya buru-buru pulang karena Keclek harus kerja. Wah nggak santai sih perjalanan pulang sore itu. Kebetulan jalan sepanjang pantai memang lagi padat bis. Di posisi terdepan ada saya, Keclek, dan Galuh. Dengan skill Valentino Rossi, Galuh dan Keclek nyalip semua bus diiringi teriakan saya. Serem pokoknya kalau urusannya udah bus sama truk.
Setelah selesai berhenti sejenak untuk Salat Maghrib, Galuh tiba-tiba ngomong ke Keclek, "Wes saiki banter tapi ra kesusu," yang artinya mengemudi cepat tapi nggak terburu-buru.
Saya melongo.
TUNGGU TUNGGU INI GIMANA CARANYA BANTER RA KESUSU?????
WAH WAH SAKIT.
EH EH INI CALON ISTRI ORANG LHO!
BUSET!
EH EH INI CALON ISTRI ORANG LHO!
BUSET!
Mau kabur juga nggak bisa karena empat teman lainnya memang ketinggalan di belakang dan karena Keclek mau kerja jadi kita harus duluan.
Lantas saya seolah kilas balik saat pulang dari Bromo ke Jogja sendirian naik bis ekonomi. Feel-nya sama kaya gitu, berasa nyawa udah melayang di samping tubuh pokoknya. Saya nggak saya makna "banter ora kesusu" yang menurut Galuh adalah "soal ketenangan."
Terserah!
Terserah!
Dua jam perjalanan kembali ke Jogja bersama Galuh dan Keclek yang menegangkan itu harus berakhir dengan pucat pasinya muka saya.
"Elga muntah," kata Galuh mendramatisir ekspresi saya yang kemudian jadi viral.
Bener-bener viral karena satu hal yang mereka ingat dari piknik kali ini pasti Elga muntah.
Bener-bener viral karena satu hal yang mereka ingat dari piknik kali ini pasti Elga muntah.
Akhirnya, judul tenang dan senang di Pantai Sepanjang ini sepertinya memang harus diganti Elga Muntah Muntah.
Bagaimanapun, terima kasih untuk satu memori liburannya lagi gengs! Semoga kita bisa tetap jadi partner liburan sampai punya anak cucu.
Pesan moral: Kalau harimu gelisah, uring-uringan, dan tidak tenang, pastikan kamu segera bersenang-senang dan mencari kebahagiaan haqiqi!
Pesan moral: Kalau harimu gelisah, uring-uringan, dan tidak tenang, pastikan kamu segera bersenang-senang dan mencari kebahagiaan haqiqi!
Komentar
Posting Komentar