Selamat pagi, matahari pukul empat pagi.
Pernah dalam suatu masa, aku selalu bangun tepat waktu.
Pagi akhirnya memiliki cerita yang baru. Tentang aku yang harus berlomba dengan rasa malas untuk bangun pada pukul empat pagi hanya demi menyapa kamu, matahari pukul empat pagiku. Aku tidak suka kamu membuka mata tanpa sapaan hangat dariku di pagi yang begitu dingin. Aku juga ingin menjadi matahari pagimu. Meskipun kamu tak butuh cahaya lagi.
Awalnya kamu seringkali membuatku ingin membanting telepon genggam karena alarm yang berbunyi tidak sopan. Namun sinarmu yang bahkan belum sampai ke jendela kamarku sudah terasa menerangi semestaku setiap giliran pagi tiba. Aku tak bisa jika mengkhianatimu barang setitik saja. Kamu adalah alasan dan aku tidak akan berpaling meski mataku sedikit sakit tertusuk sinarmu.
Sayangnya, kamu kini tidak terbit lagi setiap pukul empat pagi.
Sekarang sinarmu sedang menyinari bumi bagian mana? Aku rindu.
Komentar
Posting Komentar