Waktu itu hari kamis pagi tanggal 29 Januari 2015, saya bangun pagi-pagi sekali. Hari itu saya akan merayakan dua tahun persahabatan dengan Tondo dan Aini. Tahun lalu, kami bisa pergi tepat di tanggal 26 Januari yang kebetulan jatuh pada hari Minggu. Tahun ini, karena jadwal yang cukup padat, kami baru bisa keluar beberapa hari setelah tanggal 26.
Setelah rencana piknik ke Gunungkidul gagal karena Aini tidak diperbolehkan pergi ke Gunung Kidul, saya mengubah rencana ke Kulon Progo. Perjalanan kami adalah menuju Kalibiru, Gunung Ijo, dan Pantai Glagah.
Setelah rencana piknik ke Gunungkidul gagal karena Aini tidak diperbolehkan pergi ke Gunung Kidul, saya mengubah rencana ke Kulon Progo. Perjalanan kami adalah menuju Kalibiru, Gunung Ijo, dan Pantai Glagah.
Kami tiba di Kalibiru sekitar pukul 08.30. Suasana Kalibiru sudah ramai pengunjung, terlebih orang-orang yang antri untuk berfoto di atas rumah pohon yang super terkenal di instagram. Panas, malas antri, lapar, membuat kami menyerah. Lemper yang dibawa Tondo tidak cukup untuk mengganjal perut kami. Akhirnya kami bertiga turun menuju Waduk Sermo untuk mengambil beberapa gambar di tengah panasnya matahari dan lapar yang menjerit-jerit sekitar pukul 11.00. Ternyata kalimat candaan “kalau lapar bisa makan orang” itu benar-benar terbukti. Kami bertiga yang sama-sama lapar lebih banyak saling memaki dan mood mendadak menjadi turun drastis.
Sebelum akhirnya benar-benar saling memakan, kami memutuskan mencari makan terlebih dahulu. Setelah mengisi perut dengan semangkuk mie ayam, kami pun mulai saling tersenyum dan saling mem-bully lagi. Niatnya kami akan menuju Gunung Ijo tetapi mengingat waktu yang sudah siang, kami memutuskan langsung menuju Pantai Glagah!
Sebelum akhirnya benar-benar saling memakan, kami memutuskan mencari makan terlebih dahulu. Setelah mengisi perut dengan semangkuk mie ayam, kami pun mulai saling tersenyum dan saling mem-bully lagi. Niatnya kami akan menuju Gunung Ijo tetapi mengingat waktu yang sudah siang, kami memutuskan langsung menuju Pantai Glagah!
Kalibiru |
Kami tiba di Pantai Glagah sekitar pukul 14.00, langsung sibuk berfoto melampiaskan hobi yang tak sempat tersalurkan di Kalibiru. Setelah membuat ratusan karya, kami langsung membuka jajan yang sempat kami beli di minimarket sebelum ke Pantai Glagah. Dan quality time dimulai! Kami mulai bercerita panjang lebar dan saling bully, aktivitas yang bisa kami lakukan di mana saja tetapi demi hari spesial kami melakukannya di pantai sembari menunggu sunset.
Pantai Glagah |
Meski sempat hujan sebentar, pada akhirnya semesta berpihak pada kami. Hujan mereda, berganti dengan langit biru yang cantik, sunsetyang pas, dan langit senja yang berwarna. Akhirnya, persahabatan kami sampai di tahun kedua.
Setelah di tahun pertama level kekampretan kami masih standar, menuju tahun kedua level kekampretan kami meningkat. Kalau tahun lalu saya masih bisa menuliskan kalimat manis untuk mereka, baca di sini, tahun ini saya tidak merasakan manis dari The Sweet of TEA. Memang mereka tetap selalu ada, tetap jadi manusia-manusia yang nyaman untuk dibagikan segala cerita hidup. Tetapi jika mengingat masalah-masalah yang Tondo dan Aini ciptakan, kadang-kadang rasanya saya ingin lari saja dari mereka.
Setelah di tahun pertama level kekampretan kami masih standar, menuju tahun kedua level kekampretan kami meningkat. Kalau tahun lalu saya masih bisa menuliskan kalimat manis untuk mereka, baca di sini, tahun ini saya tidak merasakan manis dari The Sweet of TEA. Memang mereka tetap selalu ada, tetap jadi manusia-manusia yang nyaman untuk dibagikan segala cerita hidup. Tetapi jika mengingat masalah-masalah yang Tondo dan Aini ciptakan, kadang-kadang rasanya saya ingin lari saja dari mereka.
Mengingat level kekampretan yang terjadi beberapa bulan terakhir ini, serta emosi yang kadang-kadang mulai keluar, semoga persahabatan kita bisa sampai di tahun ketiga.
Komentar
Posting Komentar