Ruang siaran terlihat sepi. Biasanya, banyak teman-teman penyiar yang iseng saja berkumpul, saling berbagi cerita. Tapi hari ini hanya ada segelintir teman penyiar yang bisa dihitung pakai jari ketika Aini datang untuk siaran.
“Hai In, mau siaran?”
“Hai.. iya.” Aini tergugu.
“Oke, semangat. Aku pulang dulu ya..”
Aini hanya memberi senyum terbaik untuk laki-laki yang menyapa secara tiba-tiba. Namanya Dipta, teman penyiar yang sudah beberapa kali menjadi rekan kerjanya dalam siaran atau kepanitiaan. Awalnya mereka hanya teman biasa, sampai Aini menemukan kenyamanan pada Dipta. Dia tipe laki-laki yang baik, penuh tanggung jawab dan berpikiran dewasa tanpa meninggalkan selera humornya.
“Ehm, ehm. Cepet kali siap-siap siaran.”
Aini melempar buku absen yang dipegang pada Nirka, teman yang sering menggodanya dengan Sapta.
“Dih.. mukanya merah..”
Aini beralih pada Doko. Manusia yang paling sering menyaksikan kebersamaan Aini dengan Dipta sekaligus orang pertama yang mendukung hubungan mereka.
Hubungan? Entahlah Dipta menganggap Aini sebagai apa. Mereka hanya sering berdiskusi atau makan siang bersama. Dipta adalah bagian penting dalam radio sehingga dia cukup sibuk dengan pekerjaannya. Hal yang paling teringat di benak Aini adalah ketika pergi bersama Dipta ke sebuah instansi untuk menawarkan kerjasama. Mereka harus menunggu berjam-jam untuk menemui atasannya. Hari itulah Aini merasa debaran-debaran cinta mulai menggelayuti seluruh tubuh. Mereka bercerita tentang banyak hal, tentang mimpi-mimpi di dunia broadcasting, harapan-harapan sebagai penyiar di radio yang belum begitu terkenal, sampai asal-usul masing-masing.
“Oke lagu terakhir pada sore hari ini adalah This is Me dari Demi Lovato. Selamat menikmati senja hari ini dan bye-bye..”
Ruang siaran sepi, hanya ada dua orang teman yang akan siaran program selanjutnya sedang bersiap-siap mencari materi siaran. Ketika menata barang-barang, Aini melihat Dipta dari balik jendela sedang tersenyum mengamati. Spontan Aini tersenyum padanya, seperti perempuan yang sedang jatuh cinta pada umumnya.
“Hai, kok balik lagi?”
Aini keluar dari ruang siar dan menghampirinya. Dipta beralasan ada barangnya yang tertinggal.
“You're the missing piece I need
The song inside of me
This is me. .
You're the voice I hear inside my head
The reason that I'm singing
This is me..”
“Wah, siapa nih yang request Demi Lovato?”
“Aku sendiri.” Aini salah tingkah.
“Kalau aku lebih suka Joe Jonas yang Gotta Find You.. Oh iya, udah makan malem? Makan yuk? Laper nih!”
Tanpa menunggu jawaban Aini, Dipta menarik tangannya. Menuntunnya berjalan keluar ruangan sedangkan Aini hanya bisa terdiam mengikuti. Sibuk meredam detak jantung yang berdetak semakin kencang sembari tangan mereka berpegangan erat. Seketika, lagu Gotta Find You terngiang-ngiang di telinga Aini.
***
“Hahaha, tapi emang album barunya Miley Cyrus lagunya bagus-bagus sih dibalik tabiatnya dia sekarang yang liar.”
“Iya mas. Aku sih tetep seneng aja tuh sama Miley.”
Setiap satu minggu dua kali, Aini rutin siaran dengan seorang kakak angkatan yang ilmunya di dunia broadcasting jauh lebih tinggi. Pengetahuan musiknya sangat luas, sehingga Aini kerap siaran berdua dengannya lalu membahas lagu-lagu yang menarik.
“Hai Dip, sini masuk!”
Aini melonjak kaget ketika Mas Arif memanggil nama Dipta dan begitu berbalik, dia sudah berjalan ke arahnya.
“Habis ini kamu yang siaran?”
Dipta hanya mengangguk lalu menggunakan komputer yang ada untuk mencari materi siaran. Dari sudut pandang Aini, hari ini mata Dipta terlihat tak ramah dan membuatnya tidak nyaman.
“Aini, Dipta, aku balik duluan ya. Mau kencan nih.” Mas Arif bergegas ketika waktu siaran telah usai.
“Oke mas hati-hati ya salam buat pacarmu!”
Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Keheningan menyeruak di tengah-tengah Aini dan Dipta. Dipta terus menatap layar komputernya tanpa mengalihkan pandangan ke arah Aini yang masih menyusun playlist sembari menunggunya siap untuk siaran. Sudah hampir 10 menit mereka berada di ruangan yang sama tapi Dipta belum menyapa. Aini menyerah, maka dia segera keluar ruangan sebelum jantungnya berhenti karena merindukan suara Dipta.
“Dip, aku pulang duluan ya..”
Dipta hanya menatap Aini sejenak untuk mengangguk lalu kembali pada layar komputernya.
“Everytime I think I'm closer to the heart
Of what it means to know just who I am
I think I've finally found a better place to start
But no one ever seems to understand..”
Sebelum pergi, Aini sengaja memutarkan lagu milik Joe Jonas lalu keluar dari ruangan sesegera mungkin. Aini tidak pandai berkata-kata. Hanya lagu yang bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan. Melalui lagu favoritnya, Aini harap Dipta memahami bahwa dia adalah laki-laki yang dicarinya selama ini.
“Aini, tunggu!”
Aini membalikkan badan dan melihat nafas Dipta naik turun setelah berlari mengejarnya.
“Kenapa Dip?”
Dipta tidak langsung menjawab, hanya bersandar pada dinding, mungkin mengatur nafas.
“Aku cemburu..”
Aini tidak menimpali, hanya memasang wajah kebingungan.
“Cemburu sama kamu dan mas Arif. Kamu terlihat akrab sama dia. Selalu kelihatan excited tiap siaran sama dia.”
Aini tak dapat menyembunyikan tawa. Ada rasa bahagia yang menjalar begitu mengetahui apa yang dirasakan Dipta.
“Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Mas Arif, dia Cuma kakak buat aku.”
Kata Aini lalu berjalan pergi meninggalkannya, masih dengan wajah tersenyum penuh kemenangan.
***
“And if you have a minute why don't we go
Talk about it somewhere only we know?
This could be the end of everything
So why don't we go
Somewhere only we know?”
Aini terpaku ketika masuk ke dalam ruang siaran keesokan harinya. Dipta sudah menyambut menyanyikan lagu Somewhere Only We Knowmilik Keane. Doko bermain gitar di belakang Dipta, mengiringi lagu yang dibawakannya.
“Ayo.”
“Kemana? Aku mau siaran..”
“Doko yang gantiin.”
Dipta mengulurkan tangan pada Aini yang disambutnya dengan wajah memerah. Membawa Aini ke sebuah danau cantik tak begitu ramai yang jaraknya cukup jauh dari pusat kota. Mereka duduk berdua di pinggir danau membicarakan apapun untuk memecah sunyi. Menyanyikan lagu This Is Me, Gotta Find You, sampai Somewhere Only We Know. Menikmati matahari yang hendak pulang ke peraduan, menyaksikan langit yang memerah layaknya cinta yang membara.
Satu hal yang Aini tahu setelah semua hal yang terjadi antara dia dan Dipta. Bahwa hatinya kini bagaikan matahari, yang menemukan tempat untuk pulang setiap harinya: Dipta. Dialah rumah di mana Aini akan selalu pulang, lagi dan lagi.
***
*Cerpen ini dibuat khusus untuk sahabat saya, Ain. Dan terinspirasi dari kisah cintanya.
*Cerpen terinspirasi dari hasil diskusi dengan Tondo
*Cerpen terinspirasi dari lagu-lagu yang dinyanyikan Ain saat karaoke: This Is Me dan Somewhere Only We Know.
*Nama pemeran dalam cerpen ini disamarkan.
Komentar
Posting Komentar